Kehalusan dan kelembutan hati Nabi Muhammad SAW bukan hanya diperuntukkan ke beberapa teman dekat yang sudah memahami dengan ketentuan agama, tetapi ke orang pemula yang belum pahami ketentuan agama juga beliau berlaku halus dan sopan.
Satu hari saat beberapa teman dekat sedang khusyuk dengarkan saran Nabi SAW di Masjid Nabawi, mendadak seorang Arab Badui masuk masjid dan tanpa basa-basi dia segera buang air kecil di salah satunya sudut masjid. Beberapa teman dekat yang menyaksikannya kaget dan selekasnya berdiri untuk memukul orang itu dan menyingkirkannya.
Menyaksikan ini Nabi Muhammad SAW selekasnya menahan perlakuan beberapa teman dekat. Beberapa teman dekat juga lalu biarkan Arab Badui barusan menyelesaikan buang hajatnya. Sesudah betul-betul usai, Nabi SAW memerintah seorang teman dekat ambil se-ember air untuk mengguyuri tempat Arab Badui buang hajatnya.
Tanpa rasa marah dan kesal Nabi SAW menghampiri orang itu dan mengatakan:
“Sesungguhnya masjid itu tidak layak dikencingi dan dikotori. Sesungguhnya masjid itu tempat untuk shalat, berdzikir kepada Allah dan membaca Al-Qur’an” (HR. Muslim).
Nabi SAW pahami ketidak-tahuan sang Arab Badui itu, hingga kehalusan hati beliau dapat menaklukkan kemarahan beliau. Jika hal tersebut terjadi ketika saat ini, kemungkinan sang Arab Badui itu sudah bonyok di “Vermak” oleh beberapa jemaah masjid.
Turunnya ayat ke 159 surat Ali Imran ialah sehabis terjadi Perang Uhud, di mana pasukan musyrik Quraisy yang memutar jalan sukses memukul pasukan panah Islam yang turun dari bukit Uhud untuk ambil harta “ghanimah” (rampasan perang).
Pasukan Islam menduga jika pasukan Quraisy sudah kalah dan peperangan sudah betul-betul selesai. Karena kesalahan ini lebih banyak teman dekat yang luruh, terhitung Hamzah paman Nabi Muhammad SAW.
Menyaksikan kesalahan yang sudah dilakukan beberapa teman dekat, tidak membuat Nabi Muhammad SAW geram dan kecewa. Karena Allah SWT sudah menghaluskan hatinya seperti dengan firman-Nya:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.. ” (QS. Ali Imran: 159).
Karakter halus hati sebagai salah satunya adab mulia dari Nabi SAW sama seperti yang disebutkan Abdullah bin Umar:
“Sesungguhnya, saya menemukan sifat Rasulullah SAW dalam kitab-kitab terdahulu itu demikian : Sesungguhnya tutur katanya tidak kasar, hatinya tidak keras, tidak suka berteriak-teriak dipasar-pasar, dan tidak suka membalas kejahatan orang dengan kejahatan lagi, namun dia memaafkan dan mengampuninya. ” (Tafsir Ibnu Katsir II, hl.608)
Pangkal Kesabaran
Karakter halus hati, sopan, ramah dan tidak cepat geram bukan hanya akan membuat manusia menyimpan simpati ke kita, tapi Allah SWT-pun menyukainya.
“Sesungguhnya Allah itu Maha Lembut dan Mencintai kelembutan ” (HR.Muslim).
Bermodal kehalusan hati, seorang da’i tentu secara mudah menarik simpati orang, seorang suami tentu disayang oleh keluarga apabila seorang pimpinan tentu disayangi rakyatnya.
Rasa sakinah akan datang dalam keluarga saat kehalusan dan sikap sopan jadi perhiasannya. Nabi SAW bersabda:
“Apabila Allah Azza wa Jalla menghendaki kebaikan suatu keluarga, Allah akan memasukkan kelembutan atas mereka ” (HR. Ahmad).
Kesaksian Teman dekat
Dan ini sudah diilustrasikan oleh Nabi Muhammad SAW dengan sikap beliau yang halus, tak pernah geram ke pembantu rumah tangganya. Anas bin Malik, seperti diriwayatkan Imam Mulim, Anas bin Malik berbicara:
“Aku menjadi pembantu Rasulullah selama sepuluh tahun. Belum pemah beliau berkata kasar kepadaku. Dan selama sepuluh tahun itu belum pernah beliau berkata kepadaku: ‘Mengapa kamu melakukan ini?’ Dan belum pernah beliau berkata: ‘Mengapa kau tidak lakukan sesuatu sepeninggalku?’ “.
10 tahun bukan sesaat dan sepanjang itu Anas bin Malik tidak pernah sekalinya dimarahi Nabi Muhammad SAW. Coba bandingkan dengan kondisi saat ini, pembantu dipandang seperti orang kecil yang dapat diberlakukan sewenang-wenang oleh si majikan, bahkan juga tidak “dimanusiakan” kembali.
Menjadi informasi sehari-hari mengenai tindakan kasar majikan pada PRT (pembantu rumah tangga) dimulai dari digebukin sampai kehilangan nyawa karena disiksa oleh majikan.
Berikut karena tidak ada kehalusan hati di pada diri seorang, hingga rasa kecewa, rasa geram gampang terlampiaskan, tidak termonitor kembali dan ketika seperti itu setan secara mudah menghasut untuk lakukan tindakan yang tidak manusiawi.
Sikap halus hati dibarengi rasa empati Nabi SAW ke pembantunya tersurat juga dalam doa beliau, saat Ibu Anas bin Malik meminta supaya Nabi SAW ingin doakan anaknya.
Doa Nabi Muhammad SAW : “Ya Allah, berilah dia harta dan anak yang banyak. Dan berkatilah atas apa yang Engkau beri “ (HR.Bukhari).
Mari dimulai dari saat ini kita semai benih kehalusan hati pada diri kita. Coba untuk mengontrol diri sendiri dari sikap keras hati, mudah kecewa atau geram dan berlaku kasar pada seseorang. Sikap sopan dan halus hati Nabi Muhammad SAW perlu kita panuti, supaya semua masalah kita jadi gampang, cantik dan bawa karunia di dunia dan akhirat.
Sifat Lembut Hati Nabi Muhammad SAW